Rabu, 22 April 2009

Ketika Kelamin Tak Mampu Batasi Gender

Film Transamerica

“Dulu ada satu gadis ini di perguruan tinggi,” Bree (Felicity Huffman) merenung, “tapi semuanya adalah kehidupan seorang lesbian yang tragis, aku berusaha untuk tidak mengingatnya lagi.” Tetap saja Margaret (Elizabeth Pena) memaksa Bree harus bertemu dengan anaknya dulu sebelum operasi kelamin dilakukan.

Stanley Shupack telah berganti nama menjadi Sabrina (Bree) Ousborne setelah tiga tahun menjalani terapi hormon dan baru sebentar melakukan operasi silikon. Suaranya berubah, dadanya makin montok. Kurang satu hal lagi untuk memastikan dirinya menjadi perempuan yaitu operasi kelamin. Sebenarnya kurang seminggu lagi operasi kelamin dilakukan. Tapi dihadapan terapisnya, Bree keburu ingat bahwa 17 tahun yang lalu dia pernah punya anak.

Penuh rasa malas, Bree meninggalkan Los Angeles menuju New York menjemput Toby (Kevin Zegers) -seorang anak penuh dengan masalah yang bercita-cita menjadi bintang film porno-. Toby dipenjara akibat kasus narkoba. Bree –melabur wajahnya dengan make-up dengan amat tebal- mengaku bahwa dia adalah misionaris gereja yang diutus untuk menyembuhkan Toby. Toby -yang memang tidak tahu harus ke mana- percaya saja kepada Bree.

Drama pun diseting mulai dari perjalanan pulang ke New York. Sepasang “ayah” dan anak itu mampir dulu ke Kentucky untuk mempertemukan Toby kepada ibunya. Ternyata ibu Toby yang telah lama berpisah dengan Stanley mati bunuh diri.

Perjalanan pun dilanjutkan. Bree mengajak Toby menemui rekan-rekannya, komunitas wanita transeksual di Arkansas. Pada perjalanan menuju Arkansas, Toby, secara tak sengaja mengetahui Bree adalah laki-laki pada saat buang air. Sepanjang jalan Toby tak henti-henti menghina Bree. “I’m not a transvestite. I’m a transsexual woman,” bela Bree.

Setelah mampir di Arkansas, Bree mengajak Toby menemui orang tuanya di Phoenix. Disini Bree berniat meminta restu kepada orang tuanya sekalian meminjam uang untuk keperluan operasi. Tentu saja sambutan yang tak mengenakkan diterima Bree. Campuran antara gumun, malu dan apatis adalah yang dirasakan Bree pada saat “pertama kali” berhadapan dengan mereka. Saudari perempuan yang tak menyenangkan, orang tua yang vulgarian ditemui Bree disini.

Memegang bagian bawah tubuh Bree, untuk mengecek pra atau pasca operasi kelaminkah anaknya adalah salah satu tanggapan yang diberikan Elizabeth, ibu Bree (Fionnula Flanagan). “Ketahuilah, ibu tak pernah punya anak laki-laki,” balas Bree.

Lama-kelamaan Toby mulai bersimpati kepada Bree atas usaha menunjukkan identitas keperempuanannya. Akhirnya simpati ia tunjukkan dengan menyatakan rasa cintanya kepada Bree...

Keraguan
Kehidupan di wilayah “abu-abu”, itulah yang disajikan Tucker di sini. Kita akan merasakan redefinisi ala ala sang sutradara akan pengertian transeksual. Wanita transeksual adalah wanita yang sebenar-benarnya menurut Tucker. Mereka hanya “dikaruniai” tempat yang tidak pas. Tinggal tunggu waktu saja untuk kembali ke tempat yang seharusnya. Singkatnya, laki-laki atau perempuan bukan ditentukan oleh kelamin tapi hati. ”We don’t against gender, We were only granted to be men. People like you just look queer at us,” kata rekan Bree kepada Toby di komunitas wanita transeksual.

Sedangkan wadam (hawa adam) menurut Tucker adalah cerminan seorang gender yang ragu memilih sekaligus pelabuhan transit yang nyaman ditempati.

Bukan itu saja, penontonpun kembali bingung ketika membahas soal kemana setetes cinta dijatuhkan. Yang kita tahu cinta hanya buta soal harta dan kedudukan. Mungkin soal gender (homo dan lesbian) paling pol. Di sini cinta pun sampai menerobos batas muhrim. Toby mencintai -bak seorang kekasih- ayah kandung yang kemudian akan menjadi ibunya. Bagaimana Bree menjelaskan identitas aslinya kepada Toby?

Kendati begitu, film ini tidak begitu dipandang di ajang Oscar 2005. Juri-juri di sana lebih silau dengan cerita sepasang koboi homo di pegunungan Brokeback yang diusung Brokeback Mountain atau isu-isu rasialisme di Amerika yang menjadi tema Crash. Transamerica hanya menjadi nominasi di dua kategori yaitu aktris terbaik oleh Felicity Huffman dan original song terbaik oleh biduanita country, Dolly Parton.

Sungguh sebuah peran yang unik sekaligus komplek bagi Huffman. Mungkin alasan pertama Tucker memilih Huffman berperan sebagai Bree adalah keunikan wajah Huffman yang mirip laki-laki. Berbekal pengalaman berperan sebagai seorang ibu yang frustrasi menghadapi anak-anaknya yang hiperaktif di serial Desperate Housewives, Huffman menjawab tantangan ini dengan sempurna. Perannya sebagai wanita transeksual sangat natural. Mulai dari suara yang ala wadam hingga mimik wajah maupun tubuh. Bukan itu saja, sosok wanita yang keras hati mempertahankan status hawanya plus sabar yang keibuan –terutama kala menghadapi Toby- menghadapi kontroversi lingkunganpun ia perankan dengan sangat baik. Di banyak ajang penghargaan Huffman dinominasikan sebagai aktris terbaik. Ia menang di Golden Globe tapi dikalahkan Reese Witherspoon (Walk The Line) di ajang Oscar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar